Tuesday, December 6, 2011

Mereka Bilang Untuk Apa? (Part I)

Mereka selalu bilang..
Mbak, kuliah dimana? UNS jawabku. Jurusan apa? Ilmu Sejarah. Lho mau jadi apa besok? Tanya mereka dengan sinis. Yap.. Itulah yang kerap kali saya ditemui ketika bertemu orang-orang baru. Jika saja saya kuliah di jurusan Kedokteran, MIPA, Ekonomi, ataupun Teknik pasti mereka berdecak kagum. Untuk apa jadi sejarawan? Apa hebatnya? Mau nggali situs-situs kuno yakk? Kata mereka. Lagi-lagi kalimat-kalimat sentimen. Berbeda lagi ketika bertemu dengan sesama mahasiswa, mereka selalu membayangkan sejarah berisi hapalan nama-nama manusia purba ataupun tanggal-tanggal penting. Lagi-lagi mereka menertawakan....

Aaahhh.......
Sebenarnya apa sih hebatnya jadi sejarawan? Bukannya jadi dokter, insinyur, dan akuntan lebih keren?? Kenapa justru memilih jurusan yang sama sekali tidak memiliki prestise di masyarakat. Mbak, kenapa nggak ngambil fakultas keguruan saja, kan bisa jadi guru? Lha, kalau ngambil sejarah murni ntar kerjanya dimana? di museum??

Pertanyaan-pertanyaan tersebut kerap sekali saya dengar. Saya pun selalu memberikan jawaban yang sama. Jodoh dan rezeki di tangan Allah, Bu! (Lho gak nyambung)!

Ada fenomena unik yang saya temui selama ini. Pertanyaan pertama yang akan saya ajukan adalah, kenapa saya harus belajar sejarah?? Penyebab utamanya adalah Emak saya!! Bukan, bukan!! Bukan emak saya yang maksa atau nyuruh-nyuruh saya kuliah di jurusan sejarah! Hanya saja, rasa cinta terhadap sejarah itu disebabkan emak saya! Lho, kok bisa??

Emak alias ibu saya bukanlah orang yang punya daya ingat kuat, akan tetapi beliau adalah orang yang memiliki prinsip hidup (Love u mom)! Ibu selalu bilang bahwa kakek buyut atau leluhur saya adalah orang-orang hebat sehingga kami sebagai keturunannya harus mampu menjadi orang-orang yang hebat pula. Emang siapa aja sihh?? Rahasia!!! Melalui cerita-cerita ibu saya jadi tahu bahwa sukses itu tidak berlaku turun-temurun. Seorang raja, kelak anaknya mungkin bisa menjadi raja pula akan tetapi mereka tidak akan memiliki kemampuan yang persis sama dalam memimpin.

Cerita-cerita tersebut membuat saya tersadar bahwa perlu mempelajari masa lalu untuk membandingkan dengan masa kini. Sejarah membuat kita mengenal jati diri di masa lalu. Tengoklah pacar saya, seumur hidup dia hanya mengenal ayahnya sebagai seorang petani biasa. Suatu ketika, saya disuruh mengerjakan tugas wawancara tentang saksi mata pergerakan PKI di Indonesia. Mencari saksi mata yang masih hidup di zaman sekarang tidaklah mudah, melihat usia beliau yang sudah senja, saya yakin bahwa ayah pacar saya pasti tahu tentang pergerakan PKI. Saya berikan draft wawancara kepada ayah pacar saya, dan tahukah anda jika ternyata ayahnya dulu aktif sebagai pemuda Anshor (Nadhlatul Ulama)? Puteranya yang hidup bersamanya seumur hidup, baru mengetahui masa muda ayahnya ketika saya melakukan wawancara.

Tahukah anda, sejarah tidak melulu bercerita tentang manusia purba!!

No comments: